Anjing Kintamani-Bali
Kebanggaan Bangsa Indonesia
Selalu ada rasa bangga saat melihat keindahan Anjing Kintamani-Bali.
Bagaimana tidak ?
Postur tubuh yang proporsional, bulu putih yang lebat nan mewah, sorot mata yang begitu hidup, berpadu dengan gerak kaki yang harmonis, bebas dan lincah.
Sungguh mempesona !
GAGAH – MEWAH – SETIA – PANDAI adalah kata-kata yang dapat melukiskan seekor Anjing Kintamani-Bali.
Kintamani di Bali
Nama Kintamani sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Kintamani adalah salah satu lokasi wisata andalan Pulau Bali.
Kintamani berada di punggung bukit, diselimuti hawa sejuk. Letaknya sekitar 80 kilometer dari kota Denpasar. Dari punggung Kintamani, kita dapat menyaksikan keindahan Danau Batur yang bening dan teduh.
Ternyata Kintamani tidak hanya mengandalkan punggung bukitnya yang mempesona itu. Kawasan ini juga memiliki hewan piaraan khas, yakni Anjing Kintamani, adalah jenis anjing lokal yang penampilannya sangat menarik, dengan bulu putih yang panjang, lalu ada juga yang berwarna hitam, coklat muda dan brindle (loreng hitam coklat). Penampilan anjing ini sangat berbeda dengan anjing kampung pada umumnya. Anjing ini bergerak dengan anggun dan penuh percaya diri memperlihatkan sosoknya yang gagah, senyumnya yang menawan dan bulu-bulu panjang yang indah. Anjing-anjing ini dikenal dengan nama Anjing Kintamani-Bali.
Kawasan Kintamani, terutama wilayah Desa Sukawana adalah habitat asal hewan piaraan ini. Perkampungan Sukawana sebagiannya berada di lereng terjal, dan sebagian lainnya di punggung bukit. Letaknya sekitar 25 kilometer arah barat dari pusat Kecamatan Kintamani. Jaringan jalan hingga Sukawana nyaris hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat. Ruas jalan yang menyempit itu terjadi sejak titik persimpangan lepas dari jalan utama Kintamani – Singaraja di pesisir utara Bali.
Anjing Kintamani-Bali sebagai Anjing Ras Nasional Indonesia
Anjing Kintamani adalah anjing asli Bali, maka itu Anjing Kintamani-Bali adalah anjing asli Indonesia.
Adalah Perkin, Persatuan Kinologi Indonesia (The All Indonesian Kennel Club), sebuah organisasi yang diakui di Indonesia dan satu-satunya yang diakui oleh dunia internasional sebagai suatu badan yang mewakili kinologi Indonesia, yang pada tahun 2006 telah mengakui Anjing Kintamani-Bali sebagai anjing trah asli dari Indonesia dan telah memproklamirkannya sebagai anjing ras nasional Indonesia.
Pada tahun yang sama pula, melalui Surat Keputusan Nomor 06/RAKERNAS/II/2006, Perkin telah menetapkan Standard Anjing Kintamani-Bali, dan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum Perkin No. Kep 07/RAKERNAS/II/2006 maka Anjing Kintamani-Bali telah dapat dibuatkan silsilahnya.
Saat ini Anjing Kintamani-Bali yang telah diakui oleh Perkin adalah yang berwarna putih spesifik yang memilik ciri khas bulu gumba, yaitu bulu pada punggung yang lebat dan panjang, dan bulu badong, bulu pada leher yang lebat sampai ke punggung dan menyatu dengan bulu gumba.
Pemurnian trah Kintamani-Bali terus dilakukan oleh Perkin. Saat ini pun telah ada dua lokasi pemuliabiakan Anjing Kintamani-Bali milik Perkin, yang satu teletak di Gunung Bunder, Bogor, dan yang satunya lagi di Kintamani, Bali.
Sejak ditetapkan sebagai anjing trah asli Indonesia, maka Anjing Kintamani-Bali telah dapat mengikuti berbagai pameran kinologi yang diselenggarakan oleh Perkin, sebut saja Pameran Konfomasi (Conformation Show, sebuah lomba anatomi) dan show karya guna (lomba kepatuhan).
Anjing Kintamani-Bali adalah asset bangsa Indonesia !
Anjing Kintamani-Bali menuju Pengakuan Internasional
Dari seluruh anjing ras yang diakui secara internasional, belum ada satupun yang merupakan anjing ras asli Indonesia.
Pengakuan sebagai anjing trah asli dari Indonesia hanya dapat diberikan oleh FCI, Federation Cynologyque Internationale, sebuah organisasi internasional yang berwenang membuat daftar anjing-anjing ras dunia, yang berpusat di Belgia.
Kerja keras berbagai pihak terus dilakukan guna melancarkan jalan Anjing Kintamani-Bali sebagi trah yang diakui dunia.
Sebut saja drh. Pudji Rahardjo, dosen fakultas kedokteran hewan Universitas Udayana, pada Desember 1978 – Januari 1979 telah meneliti penampilan anjing di Bali. Penelitian di Kecamatan Kintamani saat itu melibatkan 34 responden yang diyakini mengetahui perihal anjing di Bali. Hasil penelitian menyimpulkan, masyarakat setempat mengenal hewan di kawasan itu dengan sebutan anjing Bali atau anjing gembrong, dan ada pula yang menyebutnya Anjing Kintamani.
Dengan dukungan ahli peranjingan (kinolog) asal Belanda, Wenny E Ressang Groenewegen, drh. Pudji Rahardjo bersama berbagai pihak lainnya pada 10 Mei 1985 menyelenggarakan seminar bertema "Mencari Anjing Ras Asli Bali”. Bahkan, WE Ressang saat itu tampil dengan tema menantang, "Dapatkah Anjing Kintamani Dijadikan Anjing Ras?"
Atas rekomendasi seminar ini, pihak Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Bali pun langsung menyelenggarakan Kontes dan Pameran Anjing Bali (ras Kintamani) pertama pada 3 November 1985, di Denpasar.
Perjuangan tidak berhenti sampai di situ. Dua tahun kemudian, pada 1987, WE Ressang Groenewegen membawa serta 12 Anjing Kintamani ke negerinya, Belanda. Tujuannya adalah membantu pemuliabiakan Anjing Kintamani, juga merupakan bagian perjuangan guna mendapatkan pengakuan dari FCI atas Anjing Kintamani sebagai ras asli Indonesia.
Pemuliabiakan yang dipusatkan di Wekerom, Belanda, oleh WE Ressang Groenewegen, berjalan menggembirakan. Setelah berlangsung selama sekitar 10 tahun, populasi Anjing Kintamani di Belanda hingga tahun 1997 mencapai sekitar 200 ekor.
Namun, upaya mendapatkan pengakuan dari FCI atas Anjing Kintamani sebagai ras asli Indonesia belum membuahkan hasil. Alasannya karena FCI menolak perjuangan dari perorangan sebagaimana dilakukan WE Ressang Groenewegen. FCI hanya akan mempertimbangkan usulan jika disampaikan oleh lembaga resmi pembuat daftar anjing ras di suatu negara, seperti Perkin (Persatuan Kinologi Indonesia) di Indonesia.
Saat ini, Perkin secara konsisten melakukan penyuluhan dan sosialisasi tentang Anjing Kintamani-Bali, serta menggalakkan pemurniannya sehingga dapat dikumpulkan 1000 populasi Anjing Kintamani-Bali yang telah mencapai F15 (generasi kelimabelas) dari delapan blood line yang masing-masing secara minimum terdiri dari 6 betina dan 2 pejantan.
Pembinaan, pelatihan dan pemuliabiakan membutuhkan waktu, konsistensi dan dana yang tidak sedikit.
Jalan Anjing Kintamani-Bali untuk mendapat pengakuan internasional tidaklah mudah, tapi juga bukan merupakan hal yang mustahil dilakukan, maka itu dukungan dan kerja keras berbagai pihak terkait, seperti Perkin, breeder (pembiak), penghobby, pemerhati, penyandang dana dan simpatisan sekalian sangatlah diperlukan.
Mari kita bersatu mewujudkan Anjing Kintamani-Bali sebagai asset nasional yang diakui internasional dan menjadi kebanggaan kita bersama.
Ditulis oleh :
Beatrice Prihatna
BalendinTov Kintamani Kennel, Bandung, Indonesia
Disusun Dari Berbagai Sumber